Ketika kita baru memasuki dunia perguruan tinggi, tentu saja ada hal-hal yang berbeda saat menginjakan kaki di kampus. Mulai cara bergaul, cara berfikir, bersikaf, memahami sesuatu dan lingkungan sekitar. Hal-hal pembaruan inilah yang harus kita sikafi dengan cara beradaftasi dengan teman, dosen dan lingkungan kampus. Kalau selama di bangku SMA , kita berperilaku seperti anak SMA pada umumnya, namun saat mulai masuk perguruan tinggi/universitas, kita berfikir harus lebih dewasa , intelek dan berwawasan luas ke depan. Sebab, inilah akhir perjalanan studi kamu dari mulai TK sampai sekarang. Memasuki dunia perguruan tinggi, mahasiswa harus beradaptasi
untuk tidak terlalu mengharapkan bimbingan dan penyuluhan seperti di SMA.
Mahasiswa harus diberi kemandirian belajar untuk mencapai kedewasaan untuk
membentuk dirinya menjadi mahasiswa yang berilmu dan beragama.
Disinilah kita akan mengenal yang namanya IP. Dalam dunia kampus, Indeks Prestasi telah menjadi sebuah
simbol ukuran kemampuan ataupun pencapaian akademik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa prestasi akademik memang dianggap sebagai suatu kecakapan dan kemampuan seorang mahasiswa. Bahkan nilai IP menjadi syarat mutlak dalam memasuki dunia kerja.
Indeks prestasi alat ukur prestasi di bidang akademik/pendidikan. Meskipun bernama "indeks", IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam rerata terboboti.
Penggunaan IP di Indonesia memiliki perbedaan untuk tingkat dasar-menengah dan tingkat pendidikan tinggi. Sistem ini menggantikan sistem rata-rata yang dipakai sampai Kurikulum 1875.Semakin tinggi IP yang dicapai seorang mahasiswa, maka semakin baik prestasi belajarnya dan akan semakin banyak jumlah mata pelajaran atau sks yang diambil. Tetapi dalam kenyataanya seringkali masih terlihat dari mahasiswa yang tidak mampu menunjukkan prestasi akademik secara optimal.
Diharapkan dengan adanya standarisasi nilai kelulusan ujian
mahasiswa yang ditetapkan, para mahasiswa dapat mempersiapkan diri jauh-jauh
hari dengan cara belajar yang benar, diantaranya dengan belajar yang rajin,
mengulangi kembali materi pelajaran setelah tiba dirumah, membuat catatan yang
baik, bertanya kepada teman yang lebih tahu atau mengadakan belajar bersama.
Prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu faktor dari dalam diri mahasiswa, faktor dari luar yakni kondisi
lingkungan sekitar dan faktor pendekatan belajar yakni cara belajar
mahasiswa. Seorang mahasiswa yang gigih dan ulet dalam belajar, tentu akan menuai hasil yang diharapkan terutama orang tua mereka yang telah berjuang membiayai.
Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar:
- Faktor-faktor yang berasal dari luar diri, meliputi faktor sosial dan non sosial
Non Sosial : Gedung kampus secara fisik, kelengkapan praktek/belajar, tempat belajar serta waktu belajar.
2. Faktor dari dalam seperti : jasmaniah seperti kesehatan, dan psikologis yang dibagi dalam beberapa kategori seperti : intelegensi, minat, bakat, motif, perhatian, kematangan dan persiapan.
Untuk itu seorang mahasiswa perlu manajemen waktu yang baik. Pengelolaan waktu membutuhkan pendekatan manajemen resiko
terhadap keputusan yang diambil. Banyak mahasiswa merasa kesulitan ketika harus
dihadapkan dengan suatu pilihan dan akhirnya, mahasiswa menghindar dengan segala
alasan.
Banyak mahasiswa yang sibuk berorganisasi dengan alasan untuk menyalurkan
hobi, melatih mental, memperkaya pengalaman dan menambah wawasan. Tapi ada juga mahasiswa yang menghabiskan waktu untuk hal yang negatif, seperti bergaul dan bercengkrama seharian penuh
dengan sesama koleganya, begadang di malam hari dan bermain game. Hal itu merupakan realitas
dinamika kehidupan mahasiswa yang tak bisa dipungkiri.
Manajemen waktu yang baik merupakan motor penggerak dan pendorong bagi individu
untuk belajar.BACA JUGA BEDANYA MAHASISWA KELAS KARYAWAN DAN REGULER
Tertarik Dengan Asuransi Bringnlife Dari Bank BRI?
Hubungi : Ibu Pani
M3 : 0857 0000 9480
XL : 0818 0201 6041
Simpati : 0822 1449 9594
Pin BB : 26E5 29D5
No comments:
Post a Comment