• LAZADA EVERMOS TOKOPEDIA SHOPPE TIKTOK

     

    MINAT PUNYA RUMAH DI BANDUNG ?

    sejarah singkat perkebunan malabar pangalengan




    MAKAM KAR BOSSCHA

    Berdirnya Perkebunan Teh Malabar tidak lepas dari nama Karel Robert Rudolf Bosscha. Dialah yang membangun perkebunan teh yang terletak di Pangalengan (Bandung Selatan) tersebut  pada bulan Agustus 1896. Awal kedatangan KAR Bosscha ke Indonesia (Hindia Belanda), diperoleh dari sepupunya yang bernama Paula Emilia Kerkhoven pada tahun 1850-an yaitu seorang putri dari EJ  Kerkhoven. Dari tangan KAR Bosscha lah perkebunan Malabar memperoleh kemajuan yang pesat.

    Wiliam Uikers dalam bukunya yang berjudul All About Tea terbitan tahun 1935 menyebutkan bahwa pembangunan Perkebunan Teh Malabar pada tahun 1896 secara operasional oleh Rudolf Eduard Kerkhoven   yang merupakan anaknya EJ Kerkhoven. Awalnya anak tertua RE Kerkhoven yaitu Rudolf Eduard Kerkhoven menjadi Administratur Perkebunan Malabar, tetapi naik menjadi direktur. Posisi administratur kemudian diberikan kepada KAR Bosscha.

    KAR Bosscha yang lahir di Den Haag Belanda pada bulan Mei 1865, yaitu seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi. Bosscha adalah orang Belanda yang berkebangsaan Jerman. Dia juga terlibat dalam berdirinya Technische Hoogeschool te Bandoeng atau ITB sekarang, Gedung Merdeka serta Planetarium Bosscha yang berlokasi di Lembang. Sebelumnya KAR Bosscha adalah seorang mahasiswa di Delft Belanda namun tak menyelesaikan studinya. Selama 32 tahun masa jabatannya di perkebunan teh ini, ia telah mendirikan dua pabrik teh, yaitu Pabrik Teh Malabar (sudah tidak beropersi lagi) yang saat ini dikenal dengan nama Gedung Olahraga Gelora Dinamika dan juga Pabrik Teh Tanara yang saat ini dikenal dengan nama Pabrik Teh Malabar.

    Perkebunan Malabar mencapai kejayaanya pada tahun 1918, sehingga nama KAR Bosscha menjadi salah seorang paling berpengaruh dan terkaya di pulau Jawa saat itu. Seusai kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, Perkebunan Malabar termasuk dalam 35 unit perkebunan di Jawa Barat  milik Belanda yang akhirnya di nasionalisasi Pemerintah Republik Indonesia pada 10 Desember 1957. Saat di nasionalisasi, Perkebunan Malabar bernama perkebunan Malabar-Tanara dan dikelola oleh perusahaan NV John Peet and Co yang berkator pusat di jalan Kalibesar Besar Jakarta. Ketika di nasionalisasi, di Pangalengan terdapat 6 unit perkebunan dari NV John Peet Co yang saat itu dipimpin oleh direktur utama terakhirnya adalah AE van Bloomestein. 

    Pada masa itu, Perkebunan Malabar bisa memproduksi sekitar 1,134 ton pertahun dengan diperkerjakan oleh 3000-an orang pribumi dan 12 orang Erofa.  Dan pabrik Teh Tanara menjadi pabrik teh terbesar di dunia.  KAR Bosscha selain sebagai seorang pemegang jabatan penting di Perkebunan Malabar, dia juga mempunyai jabatan diperusahaan perkebunan lain yaitu di Maatschappij Tot Exploitatie van Onrorende Tendjoresmi yang berlokasi di Pelabuhan Ratu Sukabumi. yang didirikan pada tahun 1907. 

    Pada tanggal 23 Maret 1970, Perkebunan  Malabar dan Pabrik Teh Tanara dikunjungi   Pangeran Bernhar suami Ratu Belanda Juiana. Sementara itu jejak-jejak peninggalan KAR Bosscha sampai kini masih terawat dengan rapi salah satunya yang terdapat di Villa Bosscha, diantaranya piano antik produksi Zeiter & Wingkilmen Braunschweig Jerman buatan tahun  1937. Walaupun umurnya sudah 180 tahun , piano tersebut masih bisa berfungsi dengan baik, serta peninggalan berupa furnitur.
    KAR Booscha meninggal pada tanggal 26 November 1928 karena penyakit tetanus dan dimakamkan di Pangalengan. Makamnya sendiri sampai kini sering dikunjungi baik wisatawan lokal maupun mancanegara khususnya Belanda.

    PIANO PENINGGALAN KAR BOSSCHA YANG MASIH TERAWAT

    BERBAGAI PERALATAN FURNITUR PENINGGALAN BOSSCHA YANG TERSIMPAN DI VILLA BOSSCHA PANGALENGAN

    No comments:

    Post a Comment