• LAZADA EVERMOS TOKOPEDIA SHOPPE TIKTOK

     

    MINAT PUNYA RUMAH DI BANDUNG ?

    Devi wanita berdarah Sunda yang terdampar di Chechnya


    Devi Asmadireja
    Adalah Devi Asmadiredja (45 tahun) seorang wanita Sunda (Bapak Sunda ibu Jerman) dengan nama lengkap Ariane Ratna Aju Dewi E. Asmadiredja. Kisah hidupnya bak sebuah cerita film. Dimana ia di usir sang suami dan terpaksa meninggalkan sang anak kemudian pergi  merantau dan terdampar di sebuah tempat yang sama sekali asing baginya. Wanita berdarah Sunda ini kini tinggal disebuah gubuk terpencil dikawasan pegunungan antara Chechnya dan lembah Georgia, Pakinsi.

    Kisahnya dimulai saat dia tinggal di Jerman bersama suami dan ketiga anaknya. Akan tetapi awal tahun 2011 Devi diberitahukan oleh suaminya tersebut untuk segera meninggalkanya dengan alasan bahwa sang suami sudah tidak mencintainya lagi. Si suami menuruhnya untuk pergi ke Pakinsi dan belajar bahasa Chechnya yaitu bahasa nenek moyangnya. Seperti diketahui, wilayah ini adalah sebuah wilayah dengan refutasi sebagai daerah penyelundupan narkoba serta tempat Islam radikal termasuk pemimpin utama IS (Islam State) Abu Omar al-Shishani.


    Berbekal tiket pesawat dan uang secukupnya, Devipun pergi ke Chechnya. Yang dia rasakan paling sedih tentu saja harus berpisah dengan ketiga anaknya sampai-sampai wanita malang ini tidak bisa tidur setiap malam. Sesampainya tiba di Tbilisi ibu kota Georgia, tak seorangpun yang dikenalnya disini. Malum, selama menikah, Devi tak pernah berpergian ke luar negeri. Namun akhirnya, dia bertemu dengan seseorang yang mengajarinya untuk belajar bahasa Chechnya.. Atas kebaikan warga setempat, Devi mendapatkan tempat tinggal gratis. Oleh orang sana, Devi diberi nama baru yaitu Khedi yang berasal dari nama Khadijah isitri Nabi Muhammad.

    Gua yang sempat ditinggali Devi

    Devi tiba di Tbilisi, ibu kota Georgia. Tak ada seorang pun yang dikenalnya di sana. Hingga akhirnya ia bertemu dengan seseorang dan menanyakan apakah ada orang yang bisa mengajarinya bahasa Chechnya.
    Penampilan Devi yang berbeda dengan para wanita Chechnya seringkali mengundang kecurigaan. Ia tak berkerudung dan memiliki tujuh tato di tubuhnya, termasuk tato belati tradisional Indonesia di kaki kirinya dan belati Kaukasia di kanan.
    Gaya Devi yang nyeleneh itu membuat gerah imam sebuah masjid Wahhabi di sana. Devi pun diusir dari rumah induk semangnya dan pindah ke rumah keluarga Kist.

    Selama 18 bulan di Chechnya, sang suami menghubungi Devi melalui telepon genggamnya. Wanita ini diminta tak kembali ke Jerman, karena sang suami telah menemukan wanita lain.

    Seusai menerima kabar mengejutkan itu, Devi yang menumpang di rumah keluarga Kist, pindah ke pegunungan dan tinggal di sebuah gubuk penggembala sapi berupa bangunan sederhana dari batu tanpa alat pemanas, listrik, ataupun air. 

    Pemandangan di sekitar tempat tinggal Devi


    Selama dua bulan, ia hanya bertahan hidup dari makanan yang diberikan para penggembala yang kebetulan melintas dan minum dari air pengunungan.

    Namun tak disangka, Devi jatuh cinta pada tanah tempatnya tinggal. Meski hidup di lingkungan keras, Devi enggan meninggalkan gunung. "Saya jatuh cinta dengan pegunungan," ujarnya. "Saya belum pernah melihat pegunungan seperti ini sebelumnya, orang-orang dan cahaya di gunung yang luar biasa."



    Dia menolak untuk pindah ke kota dan memilih tetap tinggal di gunung. Kemampuan berbahasanya juga meningkat, tak hanya Chechnya, ia mampu nmenguasai bahasa Georgia setelah diajari oleh para penggembala asal Tush dan Khevsur.

    Selama beberapa bulan, Devi menghafal setiap sudut jalur dari Pankisi ke pegunungan. Ia mampu berjalan kaki hingga berhari-hari. Pernah hampir mati gara-gara tak makan selama 12 hari sebelum ditemukan oleh seseorang yang kebetulan melintas. "Aku sangat dekat dengan kematian saat itu," tuturnya.

    Kedekatannya dengan alam pegunungan nan elok di perbatasan Chechnya dan Georgia, membuka potensi lain. Devi ditawari bekerja oleh sebuah agen perjalanan Jerman, menjadi pemandu bagi para pendaki yang melalui jalur Kaukasus dengan gaji $100 per hari.

    Di gunung pula, Devi menemukan cinta keduanya. Dia bertemu dengan seorang penggembala asal Georgia bernama Dato. Mereka menikah.

    Devi dan suaminya kini menjadi pemandu wisata. Pernikahan mereka dilangsungkan secara siri karena wanita berdarah Sunda ini masih terikat pernikahan resmi dengan suami pertamanya.

     
    Tempat tinggal Devi sekarang

    Di Tolak Menjadi WNI
    Devi Asmadiredja, wanita yang terdampar di Chechnya, ternyata pernah mengajukan diri untuk menjadi warga negara Indonesia. Namun permohonannya itu ditolak oleh Kedutaan Besar Indonesia di Georgia.

    Dalam surat elektroniknya kepada Tempo, Devi mengaku telah mengajukan permohonan sebagai WNI pada empat tahun lalu. Dia telah membawa setumpuk berkas untuk melengkapi permohonannya. "Namun KBRI menyatakan sulit bagi saya menjadi WNI, karena orang  tua saya tak menikah resmi.
    Dia melanjutkan, untuk menjadi warga negara Indonesia, proses yang harus dilalui cukup berliku. Pihak kedutaan menyatakan dia harus menunggu selama 18 tahun. Masa tunggu itu bisa dipercepat bila dia memiliki cukup uang di rekeningnya. "Saya minta sejak 4 tahun lalu, tapi saya bukan orang kaya. Mereka menolaknya," kata Devi yang kini berusia 45 tahun itu.

    Perempuan bernama asli Ariane Ratna Aju Dewi E. Asmadiredja ini adalah warga negara Jerman. Ayahnya merupakan warga negara Indonesia berdarah Sunda.

    Devi terdampar di Pankisi, pegunungan di perbatasan antara Chechnya dan lembah Georgia. Kisah Devi membetot perhatian jurnalis BBC yang menuliskan kisahnya dalam sebuah artikel panjang berjudul "The woman Who Swapped Home for a Hut Near Chechnya."

    Sebelum menjejaki kaki di Pankisi, Devi bermukim di Jerman. "Saya lahir dan besar di Jerman," katanya.

    Ia pernah menikah dengan seorang pria keturunan Chechnya dan hidup di Jerman bersama tiga anaknya. Empat tahun lalu, sang suami meminta Devi ke Chechnya untuk belajar bahasa leluhurnya.

    Delapan belas bulan berlalu, sang suami mengabarkannya bahwa Devi tak perlu kembali lagi ke Jerman. Ia telah berpaling ke wanita lain.

    Keindahan alam di Pankisi membuat Devi memutuskan menetap di sana. Tanpa bekal uang yang cukup, ia harus berjuang mengatasi rasa lapar. Pernah ia tak bertemu makanan selama 12 hari dan hampir mati kelaparan. Beruntung ia ditemukan oleh seorang penggembala yang memberinya makanan.

    Devi kerap berjalan sendirian menyusuri labirin pegunungan di Georgia. Hal itu membuatnya mengenal seluk beluk negeri ini. Hingga akhirnya sebuah perusahaan jasa pariwisata, memintanya menjadi pemandu turis-turis yang ingin mengunjungi wilayah itu. Maklum, selain mengenal dengan baik kawasan tersebut, dia juga fasih beberapa bahasa di antaranya Inggris, Jerman, Chechnya dan Georgia. Kini Devi telah menikah lagi. Bersama suami keduanya, ia menjalankan jasa wisata.

    Meski tak pernah bermukim lama di Indonesia, Devi kerap merindukan negeri tanah leluhur ayahnya itu. "Tapi saya tak punya cukup uang untuk datang ke Indonesia," katanya. Sebagai pemandu wisata, Devi mendapat gaji sebesar US$ 100 per hari.


    Sumber gambar : BBC News Magazine 
    Artikel                : Tempo
       




    No comments:

    Post a Comment